Budidaya Ikan Mas

IKAN MAS
( Cyprinus carpio L )

1. SEJARAH SINGKAT
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih
kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di
Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat
di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan
dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia.
Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan
karakteristik morfologisnya.

2. SENTRA PERIKANAN
Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air
deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra
produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung,
Cianjur, Purwakarta

3. JENIS
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras
disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan
cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan
warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:
1. Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek;
bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit;
perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
2. Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih
gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila diberi
makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan
tinggi badan antara 3,2:1.
3. Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata
pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit;
gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandingan panjang
badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
4. Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif panjang;
penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan lebih gesit dan
aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,5:1.
5. Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik
bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari
warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail Indonesian carp, long
tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi, shusi
nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshoku nshikigoi dan
long tail taishusanshoku nishikigoi. Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa
Barat ikan mas punten kurang berkembang karena diduga orang Jawa Barat
lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya
termasuk jenis unggul yang banyak dibudidayakan.

4. MANFAAT IKAN MAS
1. Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2. Sebagai ikan hias.

5. PERSYARATAN LOKASI
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan
tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian
antara 150-1000 m dpl.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5. Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air
deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang
8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100
liter/menit/m³.
6. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7. Suhu air yang baik berkisar antara 20-25°C.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir.
Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
1. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas
pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan
kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan
alami dan dedak. Sedangkan bila
diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas
150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi
panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan
dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air
bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk
pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
2. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.
Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang
dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai
patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan
luas kolam sekitar 18 m² dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar
kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar
dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan
pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau
ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan
pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga
untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke
daerah yang ada telurnya.
3. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk
kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu
pendederan pertama dengan luas 25-500 m 2 dan pendederan
lanjutan 500-1000 m 2 per petak. Pemasukan air bisa dengan
pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk
monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di
dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah
tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk
memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke
arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai
kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan
dan bak penyaringan.

2. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas
diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu
untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, emberember,
baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar
(kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur
kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk
memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring / scoopnet
yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan
penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung,
keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban
(untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain
tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang
untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu,
oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih
ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari
jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk
menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser
(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk
segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3. Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media
untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan
dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan
adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan
pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-
200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu
urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi,
bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masingmasing
dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.

2. Pembibitan
1. Pemilihan Bibit dan Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
secara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin
meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan
maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik.
Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada
kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan
diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat
pembuahan telur dengan teknik pembunuhan buatan, penetasan telur
secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur
makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan
produksi benih perlu dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas.
􀂃 Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah
matang untuk dipijah adalah sebagai berikut:
1. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2
kg/ekor; Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat
berkisar 0,5 kg/ekor.
2. Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai
ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
3. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak
terdapat bercak putih; panjang kepala minimal 1/3 dari
panjang badan; lensa mata tampak jernih.
4. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
5. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal
ekor harus lebih panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
􀂃 Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk
betina adalah sebagai berikut:
1. Betina
􀂃 Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
􀂃 Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncatloncat.
􀂃 Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna
kuning.
2. Jantan
􀂃 Badan tampak langsing.
􀂃 Gerakan lincah dan gesit.
􀂃 Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma
berwarna putih.
2. Sistim Pembenihan/Pemijahan
Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas,
yaitu
0. Sistim pemijahan tradisional
Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional,
yaitu:
􀂃 Cara sunda:
1. luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu
diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore
hari;
2. disediakan injuk untuk menepelkan telur;
3. setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke
kolam penetasan.
􀂃 Cara cimindi:
0. luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu
diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore
hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan;
1. disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit
bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi
pematang antara dari tanah;
2. setelah proses pemijahan selesai induk
dipindahkan ke kolam lain;
3. tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka
kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat
dipanen benih-benih ikan.
􀂃 Cara rancapaku:
0. luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu
diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore
hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan, batas pematang antara terbuat dari
batu;
1. disediakan rumput kering untuk menepelkan telur,
rumput disebar merata di seluruh permukaan air
kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;
2. setelah proses pemijahan selesai induk tetap di
kolam pemijahan.;
3. setelah benih ikan kuat maka akan berpindah
tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu
maka benih dapat dipanen.
􀂃 Cara sumatera:
0. luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam
sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air
pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari;
kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
1. disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk
ditebar di permukaan air;
2. setelah proses pemijahan selesai induk
dipindahkan ke kolam lain;
3. setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke
kolam pendederan.
􀂃 Cara dubish:
0. luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat
parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm,
kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan
merupakan kolam penetasan;
1. sebagai media penempel telur digunakan tanaman
hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm;
2. setelah proses pemijahan selesai induk
dipindahkan ke kolam lain;
3. setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke
kolam pendederan.
􀂃 Cara hofer:
0. sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan
tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan
pintu pemasukan air.
1. Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang
bertelur dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak
kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise
diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang
tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua
kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang melakukan
pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana yang
lengkap dan perawatan yang intensif.
3. Pembenihan/Pemijahan
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:
0. Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
1. Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air
cukup; dan suhu berkisar 25 derajat C.
2. Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
3. Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai
patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5
meter persegi.
4. Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk
pellet diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk ikan.
4. Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telurtelur
hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam
pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima
anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta
dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai
ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan
dengan ketentuan. Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa
tahap, yaitu:
0. Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5
cm); jumlah benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi;
lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
1. Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang
disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan;
ukuran benih menjadi 3-5 cm.
2. Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang
disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan;
ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan
berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
3. Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang
disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan;
ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan
berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
5. Perlakuan dan Perawatan Bibit
Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi
pakan pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali
sehari selama 3 minggu.
3. Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun
monokultur.
1. Polikultur
0. ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
1. ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
2. Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan
dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk
jantan dan betina.
0. Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500
gram/m 2 , TSP 10 gram/m 2 , Urea 10 gram/m 2 , kapur 25-100
gram/m 2 . Setelah itu kolam diisi air 39

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ramon 's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger